Rabu, 12 Januari 2011

KEGAWAT DARURATAN PADA KORBAN TENGGELAM


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Pertolongan pertama dalam kegawatdaruratan merupakan pertolongan secara cepat dan bersifat sementara waktu yang diberikan pada seseorang yang menderita luka atau terserang penyakit mendadak. Pertolongan ini menggunakan fasilitas dan peralatan yang tersedia pada saat itu dan di tempat yang dibutuhkan.
Pada korban dengan kasus tenggelam pertolongan pertama merupakan tindakan wajib yang harus dilakukan segera mengingat pada kondisi tenggelam seseorang akan kehilangan pola nafas yang adekuat karena dalam hitungan jam korban tenggelam akan mengalami hipoksemia, yang selanjutnya akan mengalami anoksia susunan syaraf pusat, hingga terjadi kegagalan resusitasi dan jika tidak segera diberikan pertolongan akan menimbulkan kematian dalam 24 jam setelah kejadian.
Dalam hal ini, maka pertolongan kegawatdaruratan dengan pasien tenggelam harus dilakukan secara cepat dan tepat untuk menghindari terjadinya kolaps pada alveolus, lobus atas atau unit paru yang lebih besar. Penatalaksanaan tindakan kegawatdaruratan ini tentunya harus dilakukan secara benar dengan tujuan untuk mencegah kondisi korban lebih buruk, mempertahankan hidup serta untuk peningkatan pemulihan.

B.        Rumusan Masalah
1.      Jelaskan tentang konsep tenggelam !
2.      Jelaskan kegawatdaruratan pada korban tenggelam !
3.      Bagaimana penanganan pertama korban tenggelam ?
4.      Bagaimana penanganan klinis dan asuhan keperawatan pada korban tenggelam ?




C.        Tujuan
1.      Mahasiswa mampu memahami penanganan pencegahan kematian dan cacat pada pasien gawat darurat khususnya korban tenggelam hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat.
2.      Mahasiswa mampu memahami penanggulangan korban dalam keadaan terdesak dan dalam waktu singkat.

D.       Manfaat
1.      Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien gawat darurat khususnya korban tenggelam
2.      Mahasiswa mampu melakukan penanganan kegawatdaruratan baik pra RS maupu setelah di rumas sakit













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Drawning ( Tenggelam )
1.      Definisi
Tenggelam ( Drawning ) adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi cairan ke dalam pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan.
2.      Etiologi
a.       Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan
b.      Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan
c.       Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang
3.      Manifestasi Klinik
a.       Koma
b.      Peningkatan edema paru
c.       Kolaps sirkulasi
d.      Hipoksemia
e.       Asidosis
f.       Timbulnya hiperkapnia
4.      Kondisi Umum dan Faktor Resiko Pada Kejadian Korban Tenggelam
a.       Pria lebih beresiko untuk mengalami kejadian tenggelam terutama dengan usia 18-24 tahun
b.      Kurang pengawasan terhadap anak terutama yang berusia 5 tahun ke bawah
c.       Tidak memakai pelampung ketika menjadi penumpang angkutan air
d.      Kondisi air melebihi kemampuan perenang, arus kuat dan air yang sangat dalam
e.       Ditenggelamkan dengan paksa oleh orang lain dengan tujuan membunuh,kekerasan atau permainan di luar batas.
5.      Komplikasi
a.       Ensefalopati Hipoksik
b.      Tenggelam sekunder
c.       Pneumonia aspirasi
d.      Fibrosis interstisial pulmoner
e.       Disritmia ventricular
f.       Gagal Ginjal
g.      Nekrosis pancreas
h.      Infeksi
6.      Klasifikasi Tenggelam
a.       Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban
1)      Typical Drawning
Keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban tenggelam.
2)      Atypical Drawning
a)      Dry Drowning
Keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam saluran pernapasan.
b)      Immersion Syndrom
Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin ( suhu < 20°C ) yang menyebabkan terpicunya reflex vagal yang menyebabkan apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebaral.
c)      Submersion of the Unconscious
Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke air .
d)     Delayed Dead
Keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam setelah diselamatkan dari suatu episode tenggelam.
b.      Berdasarkan Kondisi Kejadian
1)      Tenggelam
Suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya bagian apiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit.
2)      Hampir Tenggelam
Suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.

B.     Kegawatdaruratan Pada Korban Tenggelam
1.      Perubahan Pada Paru-Paru
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan 80 – 90% pada korban hamper tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat mempengaruhi perjalanan klinis penderita,  isi lambung, organism pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan asing lain dapat member cedera pada paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan nafas.
2.      Perubahan Pada Kardiovaskuler
Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan bradikardi berat. Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat berenang di air dingin atau karena hipoksia. Perubahan pada fungsi kardiovaskuler yang terjadi pada hampir tenggelam sebagian besar akibat perubahan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) dan gangguan keseimbangan asam-basa.
3.      Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ tetapi penyebab kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak dapat berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi dan peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebral.Kesadaran korban yang tenggelam dapat mengalami penurunan. Biasanya penurunan kesadaran terjadi 2 – 3 menit setelah apnoe dan hipoksia. Kerusakan otak irreversibel mulai terjadi 4 – 10 menit setelah anoksia dan fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah 8 – 10 menit anoksia. Penderita yang tetap koma selama selang waktu tertentu tapi kemudian bangun dalam
4.      Perubahan Pada Ginjal
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah  mendapat resusitasi biasanya tidak menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria, hemoglobonuria, oliguria dan anuria. Kerusakan ginjal progresif akan mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat terjadinya hipoksia berat, asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal.
5.      Perubahan Cairan dan Elektrolit
Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi selalu menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena yang diberikan selama resusitasi dapat menimbulkan perubahan keadaan cairan dan elektrolit. Aspirasi air laut dapat menimbulkan perubahan elektrolit dan  perubahancairan karena tingginya kadar Na dan Osmolaritasnya. Hipernatremia dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut yang banyak. Sedangkan aspirasi air tawar yang banyak dapat mengakibatkan hipervolemia dan hipernatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena kerusakan jaringan akibat hipoksia yang luas.

C.     Penanganan Pertama Pada Korban Tenggelam
1.   Prinsip pertolongan di air :
1)      Raih ( dengan atau tanpa alat ).
2)      Lempar ( alat apung ).
3)      Dayung     ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
4)      Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).
2.   Penanganan Korban 
a.       Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
b.      Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi kepala, leher dan tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan untuk menggunakan papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan pasanglah sebelum menaikan penderita ke darat.
c.       Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan untuk memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas sepanjang perjalanan.
d.      Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
e.       Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
f.       Berikan oksigen bila ada sesuai protokol.
g.      Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
h.      Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
i.        Segera bawa ke fasilitas kesehatan.

D.    Penanganan Klinik dan Asuhan Keperawatan Pada Korban Tenggelam
1.      Penanganan Klinik
Tersedianya sarana bantuan hidup dasar dan lanjutan ditempat kejadian merupakan hal yang sangat penting karena beratnya cedera pada sistem saraf pusat tidak dapat dikaji dengan cermat pada saat pertolongan diberikan. Pastikan keadekuatan jalan napas, pernapasan dan Sirkulasi. Cedera lain juga harus dipertimbangkan dan perlu tidaknya hospitalisasi ditentukan berdasarkan
keparahan kejadian dan evaluasi klinis. Pasien dengan gejala respiratori, penurunan saturasi oksigen dan perubahan tingkat kesadaran perlu untuk dihospitalisasi. perhatian harus difokuskan pada oksigenasi, ventilasi, dan fungsi jantung. Melindungi sistem saraf pusat dan mengurangi edema serebri merupakan hal yang sangat penting dan berhubungan langsung dengan hasil akhir.
2.  Asuhan Keperawatan Pada Korban Tenggelam
a. Pengkajian
1)         Kaji adanya respirasi spontan
2)         Kaji tingkat kesadaran
3)         Kaji suhu inti tubuh
b.   Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif
3) Perubahan perfusi jaringan otak
4) Pola nafas tidak efektif
5) Penurunan curah jantung
6) Kelebihan volume cairan
7) Resiko tinggi cedera
8) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c.    Intervensi Keperawatan
1)      Buat dan pertahankan jalan napas yang paten.
a. Hisap dan jalan napas seperlunya
b. Pasang selang nasogastrik (untuk mencegah aspirasi muntahan)
2)    Pantau dan catat respons anak terhadap terapi oksigen
      a. Lakukan pengkajian pernapasan (frekuensinya tergantung pada keadaan)
      b. Pantau penggunaan ventilator dan alat respirasi lainnya.
      c. Pantau tekanan vena sentral (CVP) dan jalur arteri
      d. Pantau penggunaan pernapasan tekanan positif intermiten (IPPB) atau
          tekanan akhir ekspiratori posisti (PEEP)
3)  Pantau dan catat tingkat fungsi neurologik anak
      a. Lakukan pengkajian neurologik (frekuensinya tergantung status)
      b. Observasi dan catat tanda-tanda TIK (letargi,peningkatan tekanan darah,
          penurunan frekuensi napas, peningkatan denyut apeks, pupil dilatasi)
4)  Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan
      a.  Catat asupan dan haluaran
      b. Jaga kepatenan dan lakukan perawatan kateter Foley
      c. Pertahankan restriksi cairan dengan adanya edema serebri
5)  Pantau dan pertahankan pengaturan suhu homeostatik (penurunan dan
      kebutuhan oksigen)
      a. Pantau suhu
      b. Sediakan kasur pendingin (mencegah menggigil)
      c. Berikan antipiretik
6)  Berikan dan pertahankan asupan nutrisi yang adekuat
      a. Kaji kemampuan anak untuk mendapatkan asupan nutrisi melalui selang
          nasogastrik atau oral (NG po)
      b. Kaji kapasitas anak untuk mentolerir makanan melalui selang nasogastrik
          atau per-oral ( periksa adanya sisa dan muntah )
      c. Naikkan jumlah dan jenis asupan nutrisi
7)   Observasi dan catat tanda-tanda komplikasi
      a. Pantau respons anak terhadap tata cara terapi fisik
      b. Pantau respons terapeutik anak dan efek samping dari pengobatan




BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Kegawatdaruratan pada korban tenggelam terkait erat dengan masalah pernapasan dan kardiovaskuler yang penanganannya memerlukan penyokong kehidupan jantung dasar dengan menunjang respirasi dan sirkulasi korban dari luar melalui resusitasi, dan mencegah insufisiensi
B.     Saran
Penanganan kegawatdaruratan korban tenggelam sebaiknya memastikan terlebih dahulu kesadaran, system pernapasan, denyut nadi, dan proses observasi dan interaksi yang konstan dengan korban.